Kesehatan Mental dalam Kacamata Islam

Kita pasti sudah tidak asing asing lagi dengan berbagai masalah mental yang kerap hadir disekeliling maupun kita rasakan sendiri ketika menjalani kehidupan, Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, berbagai masalah yang timbul tak jarang menjadi beban pikiran seseorang. Beban yang tak kunjung terurai, lama-kelamaan akan bertumpuk dan menjadi masalah bagi jiwa dan mental. Namun tak jarang masalah mental yang kita rasakan menimbulkan respon negatif dari orang-orang sekeliling kita sehingga ada sebagian masyarakat yang menutupi gangguan mental yang dirasakan.

Berdasarkan jurnal ilmiah istilah “Kesehatan Mental” diambil dari konsep mental hygene. kata Mental berasal dari bahasa yunani yang artinya samadengan Psyche dalam bahasa latin artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygene dimaknakan sebagai kesehatan mental atau jiwa yang dinamis bukan statis karena menunjukan adanya usaha peningkatan.

Sedangkan menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” Bahwa : “Kesehatan Mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, dan tenteram, serta upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan.

Konsep kesehatan mental atau altibb al-ruhani pertama kali diperkenalkan dunia kedokteran islam oleh seorang dokter dari persia bernama Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl Al-Balkhi (850-934). Dalam kitabnya yang berjudul Masalih Al-Abdan Wa Al Anfus (Makanan untuk Tubuh dan Jiwa), Al Balkhi berhasil menghubungkan penyakit antara tubuh dan jiwa. Menurut al-Balkhi, badan dan jiwa bisa sehat dan bisa pula sakit. Inilah yang disebut keseimbangan dan ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan dalam tubuh dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan rasa sakit di badan. Sedangkan, ketidakseimbangan dalam jiwa dapat mencipatakan kemarahan, kegelisahan, kesedihan, dan gejala-gejala yang berhubungan dengan kejiwaan lainnya.

Kesehatan Mental manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang seperti lingkungan, keluarga. Faktor luar lain yang berpengaruh seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pekerjaan dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental sehat seseorang, namun faktor eksternal yang buruk atau tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat.

Adapun ciri-ciri mental yang sehat yaitu

1.      terhindar dari gangguan jiwa

2.      mampu menyesuaikan diri

3.      mampu memanfaatkan potensi diri yang dimiliki dalam hal yang positif

4.      mampu mencapai kebahagiaan diri sendiri dan orang lain

 

 

Sebaliknya, Mental yang sakit dari aspek psikis, sosial, moral religius dan dari aspek kesehatan fisik, memiliki ciri yang berkebalikan arah dengan karakteristik mental sehat. Secara sosial misalnya, Seseorang yang gagal dalam beradaptasi secara positif dengan lingkungannya dikatakan mengalami gangguan mental. Proses adaptif ini berbeda dengan penyesuaian sosial, karena adaptif lebih aktif dan didasarkan atas kemampuan pribadi sekaligus melihat konteks sosialnya. gangguan mental memiliki titik kunci yaitu menurunnya fungsi mental yang berpengaruh pada ketidak wajaran dalam berperilaku.

Aadapun ciri-ciri mental yang tidak sehat yaitu :

1.      adanya perasaan tidak nyaman (inadequacy)

2.      adanya perasaan tidak aman (insecurity)

3.      merasa kurang memiliki rasa percaya diri

4.      merasa kurang memahami diri

5.      merasa kurang mendapat kepuasan dalam menjalin hubungan sosial

6.      memiliki ketidakmatangan emosi

7.      kepribadian terganggu

Agama sebagai terapi kesehatan mental dalam islam sudah ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Quran, di antaranya yang membahas tentang ketenangan dan kebahagiaan adalah (QS An Nahl 16:97) yang Artinya : “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan” Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. (QS Ar Ra’ad 13:28) yang Artinya “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”

Peranan agama Islam dapat membantu manusia dalam mengobati jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kondisi kesehatan mental. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup di dunia maupun akherat.

Dari berbagai kasus yang ada justru banyak penderita kejiwaan yang disembuhkan dengan pendekatan agama. Hal ini membuktikan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang ber-Tuhan dan akan kembali ke-Tuhan pada suatu saat. Al-Quran sebagai pedoman hidup umat muslim juga berfungsi sebagai asy-Syifa atau obat untuk menyembuhkan penyakit fisik maupun rohani. Dalam Al-Quran banyak sekali yang menjelaskan tentang kesehatan. Ketenangan jiwa dapat dicapai dengan zikir (mengingat) Allah. Rasa taqwa dan perbuatan baik adalah metode pencegahan dari rasa takut dan sedih.

Sumber :

Ariadi, Purmansyah. 2013. Kesehatan Mental Dalam Perspektif Islam. Jurnal Syifa’MEDIKA, Vol. 3 (No.2). https://www.researchgate.net

Oktaviani, Zahrotul. 2020. Bagaimana Islam Memandang Kesehatan Mental?. https://www.republika.co.id

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Press Release Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru Pendidikan Geografi

OPEN HOUSE BEMP GEOGRAFI 2017-2018

OPEN HOUSE BEMJ GEOGRAFI UNJ PERIODE 2015-2016