Studi Islam Geografi (SIG) Departemen Kerohanian BEMP Geografi 2016-2017
SIG | STUDI ISLAM
GEOGRAFI
Departemen Kerohanian
BEMP Geografi
Mukjizat
Al Quran Tentang Penciptaan Alam Semesta
Banyak
teori yang menjelaskan tentang penciptaan alam semesta. Tapi, tahukah kalau ada
dua teori yang dikenal, yaitu teori Materialisme dan Teori Ledakan Besar (Big
Bang Theory).
Teori
materialisme merupakan salah satu aliran dalam ilmu filsafat yang dikembangkan
oleh para filosof Yunani Kuno. Menurut teori ini, alam tidak memiliki awal
maupun akhir, alam semesta tidak diciptakan, tetapi ada dengan sendirinya.
Teori
materialisme yang sempat diagungagungkan para filsuf dan ilmuwan Barat
dipatahkan oleh Teori Ledakan Besar (Bing Bang Theory). Banyak
penelitian panjang yang telah dilakukan para peneliti untuk membuktikan teori
ini termasuk NASA pada tahun 1989.
Teori
Ledakan Besar mengungkapkan bahwa alam semesta termasuk bumi dan isinya itu
terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini menyatakan adanya "awal
atau permulaan" pada alam semesta disebabkan oleh Big Bang. Kalau alam
semesta itu memiliki permulaan, maka tentu saja ada yang menciptakannya yakni
Tuhan, Sang Pencipta semesta alam.
Alquran
menggambarkan penciptaan alam semesta dalam enam masa. “Sesungguhnya
Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,….”
(Q.S. Al-’A`raf 7:54)
Dalam
Qs. An-Nazi’at:27-33: “Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah
langit? Allah telah membinanya [27] Dia meninggikan bangunannya lalu
menyempurnakannya [28] dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan
siangnya terang benderang [29] Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya [30] Ia
memancarkan dari padanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya [31]
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32] (semua itu) untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu [33].”
Para
ahli mengambil kesimpulan bahwa proses penciptaan langit dan bumi secara
kronologis terjadi dalam enam masa atau enam periode. Seperti apa enam masa
tersebut? Akan kita ulas di SIG selanjutnya.
Wallahu
a’lam bishshawab.
#part1
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Mukjizat
Al Quran Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Pertama)
“Apakah
kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya.” (QS.
An-Nāzi’āt [79]: 27)
Pada
Masa Pertama, alam semesta pertama kali terbentuk dari Ledakan Dahsyat /
Dentuman Besar yang disebut Bing Bang. Teori Bing Bang mengatakan bahwa alam
semesta ini awalnya berasal dari satu titik kecil dan karena adanya kepadatan
material dan suhu tinggi, titik tersebut meledak kemudian terpisah-pisah dan
berkembang hingga 13,7 milyar tahun kemudian menjadi alam semesta.
Bukti
dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Dari ledakan besar tersebut terbentuklah awan debu atau dukhan,
ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat disitu
terbentuk unsur hidrogen, saat temperatur dukhan mencapai 20
juta derajat selsius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom
hidrogen.
Selanjutnya,
angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan
debu yang mengelilinginya. Sehingga,dukhan yang tersisa berupa
piringan, yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk
dan mengisi bagian dalam galaksi.
Ledakan
Besar yang menghasilkan planet, bintang, dan galaxi kini tersusun rapi di jagad
raya. Ledakan tersebut tidak seperti ledakan bom yang hasilnya hancur
berantakan. Demikian karena Allah lah yang mengaturnya. Yang menakjubkan dalam
masa ini, teori big bang telah dijelaskan dalam Al Quran:
“Dan
apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu
menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup berasal dari air. maka mengapa mereka tidak juga beriman?” (Q.S.
Al Anbiya’ [21]: 30)
“Kesesuaian
yang harmoni antara Al Quran dan teori Big Bang adalah suatu hal yang tidak
dapat dielakkan,” -Dr Zakir Naik menjelaskan keterkaitan ayat ini (Q.S. Al
Anbiya’ [21]: 30) dengan teori big bang.
Orang yang pertama kali memperkenalkan teori Big Bang adalah Georges Lemaître, seorang ahli kosmologi Belgia, meski ia menyebutnya sebagai “hipotesis atom purba”. Persamaan yang mendeksripsikan teori Ledakan Dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Teori ini didukung Edwin Hubble, NASA dan para astronom dan astrofisika lainnya.
Orang yang pertama kali memperkenalkan teori Big Bang adalah Georges Lemaître, seorang ahli kosmologi Belgia, meski ia menyebutnya sebagai “hipotesis atom purba”. Persamaan yang mendeksripsikan teori Ledakan Dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Teori ini didukung Edwin Hubble, NASA dan para astronom dan astrofisika lainnya.
Bila
Qur'an bukanlah firman Allah Ta'ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Shalallahu Alaihi Wasalam, maka bagaimana mungkin kitab yang berusia 1400 tahun
dapat mengetahui tentang hal ini?
Wallahu
a’lam bishshawab.
#part2
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Mukjizat
Al Quraan Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Kedua)
Dalam
Q.S. Adz Dzariat [51] ayat 28 terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan
”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” sebagai analogi dari alam semesta
yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit alam
semesta terlihat makin tinggi (meluas). Ibaratnya sebuah roti kismis yang
semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti
tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh.
Mengembangnya
alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada
dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses
pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan
efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah
mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan
kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk,
melainkan dalam proses yang terus berlangsung, sebagaimana bayi dalam
kandungan. Alam semesta ini terus mengembang.
Pada
awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi
Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam
semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta
ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika
mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika,
menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Fenomena
alam semesta terus bergerak dan mengembang telah Allah Subhanallahu Wa
Ta’ala firmankan dalam Al Qur’an:
“Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya.” (Q.S. Adz Dzariyat: 47).
Wallahu
a’lam bishshawab.
#part3
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Mukjizat
Al Quraan Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Ketiga)
“Dia
menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.” (Q.S.
An-Nazi’at [79]:: 29)
Pada
masa ini dalam penciptaan alam semesta adalah proses penciptaan tata surya sama
dengan proses pembentukan bintang umumnya, dari dukhan (awan debu), walau sudah
tidak murni Hidrogen lagi. Selain itu pada masa ini juga terjadi proses
pembentukan matahari sekitar 4,6 miliar tahun lalu dan mulai di pancarkannya
cahaya dan angin matahari.
Bumi
telah terbentuk lalu berotasi, sehingga terjadi siang dan malam.
Wallahu
a’lam bishshawab.
#part4
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Mukjizat
Al Quraan Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Keempat)
“Bumi
sesudah itu dihamparkan-Nya.” (Q.S. An-Nazi’at [79]: 30)
Penghamparan
yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan
superkontinen Pangaea di permukaan bumi yang kemudian terpisah-pisah menjadi
beberapa benua.
Bumi
yang terbentuk dari debu-debu antarbintang yang dingin mulai menghangat dengan
pemanasan sinar matahari dan pemanasan dari dalam Bumi (endogenik) dari
peluruhan unsur-unsur radioaktif di bawah kulit bumi.
Akibat
pemanasan endogenik itu materi di bawah kulit bumi menjadi lebur antara lain
munculnya lava dari gunung api. Batuan basalt yang menjadi dasar lautan
dan granit yang menjadi batuan utama di daratan merupakan hasil pembekuan
materi leburan tersebut.
Masa
III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Q.S. Fushshilat ayat 9 yang
artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat)
demikian itu adalah Rabb semesta alam”.
Wallahu
a’lam bishshawab.
#part5
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Mukjizat
Al Quraan Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Kelima)
“Ia
memancarkan dari padanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.” (Q.S.
An-Nazi’at [79]: 31)
Dalam
ayat 31 ini: “Ia memancarkan dari padanya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya,” menunjukan bahwa dimana terjadi
evolusi bumi dari tidak ada air menjadi ada air. ,
Berdasarkan
kajian astronomi air tidak dihasilkan sendiri oleh bumi, tetapi berasal dari
komet yang menumbuk Bumi. Hidrogen yang terdapat pada komet berekasi dengan
unsur-unsur yang terdapat di bumi dan membentuk uap air, uap air ini kemudian
turun sebagai hujan. Bukti air berasal dari komet ialah rasio deuterium dan
hidrogen pada air laut sama dengan rasio pada komet.
Semua
kehidupan berasal dari air, setelah air muncul kehidupan seperti
tumbuhan-tumbuhan bersel satu di dalam air dan makhluk hidup lainnya.
Wallahu
a’lam bishshawab.
#part6
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Mukjizat
Al Quraan Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Keenam)
“Dan
gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32] (semua
itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu [33]
(Q.S. An-Nazi’at [79]:32-33)
Proses
Geologis Serta Lahirnya Hewan Dan Manusia (surat An-Nāzi’āt,
ayat 32 dan auat 33). Dalam ayat 32 di atas, disebutkan: ”Dan
gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung
terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan
pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika
superkontinen Pangaea mulai tadinya satu kontingen, kemudian terpisah menyebar
menjadi bagian benua-benua dengan nama masing-masing seperti Asia, Afrika,
Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia.
Fungsi
gunung-gunung yang ada pada setiap benua adalah sebagai ”pasak” Bumi benua
masing-masing, sebagaimana yang tercantum dalam Qura’an Surat, An-Nahl [16]
ayat 15:
”Dan
Dia menancapkan gunung di Bumi agar Bumi itu tidak bergoncang bersama kamu,
(dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.”
Guna
adanya dataran tanah di Bumi pada masing-masing benua bagi manusia diterangkan
dalam firman-Nya sebagai berikut: “(Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk
hewan-hewan ternakmu”(Q.S. An-Nāzi’āt ayat [79]:33). Kemudian, setelah
gunung mulai terbentuk, dan adanya air di laut dan di sungai-sungai serta
jalan-jalan, maka terciptalah tumbuhan dan hewan dan akhirnya manusia.
Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.
Al-Qur’an
adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan antara satu sama
lainnya. Seperti ungkapan seorang ilmuan besar Albert Einsten:
.
”Religion without science is blind and science without religion is damage.” (Albert Einstein, 1960)
.
”Religion without science is blind and science without religion is damage.” (Albert Einstein, 1960)
Demikian
pembahasan terkait Mukjizat Al Quraan Tentang Pencintaan Semesta Alam menurut
Q.S. An-Naziaat 27-33. Semoga bermanfaat.
“Allah
yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudia dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun
penolong maupun pemberi syafa’at selain Dia. Maka, apakah kamu tidak
memperhatikan?” (Q.S. As-Sajdah [32]-4)
Allah menciptakan
segala susuatu pasti ada hikmah yang bisa dipetik, tiada yang sia-sia. Wallahu
a’lam bish showab.
#part7
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Garis
Edar Benda-Benda Angkasa
Perhatikan
pada tiga ayat Al Quran dibawah ini :
"Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Q.S.
Al-Anbiyaa:33)
"Demi
langit yang mempunyai jalan-jalan." (Q.S. Adz-Dzaariyaat:7)
"Dan
matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Yaa'Siin:38)
Sebuah
kenyataan dalam ayat Al Quran yang merujuk pada garis edar atau pada kalimat
"demi langit yang mempunyai jalan-jalan". Sebuah fakta ini telah
ditemukan melalui pengamatan astronimi di zaman kita (modern). Menurut
perhitungan para ahli astronomi, selain benda-benda angkasa dan planet yang
mempunyai garis edar sendiri, matahari juga mempunyai garis edar seperti halnya
benda-benda angkasa lainnya yang disebut dengan Solar Apex, bergerak dengan
kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km/jam ke arah bintang Vega. Hal
ini, menunjukan matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 km dalam
sehari. Matahari, sema planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga
berjalan menempuh jarak ini dan juga semua bintang alam semesta berada dalam
suatu gerakan yang sama.
Adanya
bermilyar-milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir
200 bintang, sebagian besar pada bintang itu terdapat juga planet, dan juga sebagian
besar pula planet-planet itu mempunyai satelit sendiri atau yang disebut dengan
bulan. Semua benda angkasa yang terdapat di alam semesta ini mempunyai garis
edarnya sendiri dan masing-masing peredarannya diperhitungkan dengan sangat
teliti. Dan semua masing-masing benda angkasa itu seolah seperti berenang
sepanjang garis edarnya dengan serasi dan teratur bersama dengan benda angkasa
lainnya. Intinya, kesemua galaksi beserta benda-benda angkasa lainnya bergerak
dalam garis edarnya, yang masing-masing itu tidak satupun bergerak memotong
lintasan lain hingga bertabrakan dengan yang lain.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part8
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Bulan
Sebagai Cahaya dan Matahari Sebagai Pelita
“Dan
Allah menciptakan bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita.”
(QS. Nuh:16)
Telah
berabad-abad yang lalu manusia percaya bahwa bulan menghasilkan cahayanya
sendiri. Sains kini memberitahu kita bahwa cahaya bulan adalah cahaya yang
dipantulkan. Walau bagaimanapun, fakta ini telah disebut di dalam al-Quran 1400
tahun yang lalu di dalam firman-Nya.
Bahasa
Arab untuk matahari di dalam Al Quran ialah 'syams'. Yang merujuk kepada
'siraaj', yang bermaksud api pelita (torch) atau 'wanhaaj' yang bermakud 'lampu
yang menyala' atau 'diya' yang bermaksud 'kemegahan yang menyinari.'
Ketiga-tiga keterangan itu memang sesuai untuk matahari karena sejatinya ia
mengeluarkan panas dan cahaya sebab ia adalah bola api raksasa yang menyala.
Perkataan
Arab untuk bulan adalah 'qamar' dan ia diterangkan di dalam al-Quran sebagai
'muneer', yaitu sesuatu yang mengeluarkan nur, yaitu cahaya. Sekali lagi,
keterangan al-Quran menyamai sifat alamiah bulan yang tidak menghasilkan
cahayanya sendiri dan merupakan benda yang tidak aktif yang hanya memantulkan
sinar matahari.
Tidak
pernah sekalipun di dalam al-Quran, bulan disebut sebagai 'siraaj', 'wanhaaj',
atau 'diya' atau matahari sebagai 'nur' atau 'muneer'. Ini menunjukkan al-Quran
mengetahui perbedaan diantara sinar matahari dan cahaya bulan.
Wallahu
a’lam bishshawab.
#part9
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Alam
Semesta Terus Mengembang dan Meluas
“Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz Dzariyat: 47)
Sejak
terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara
terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa
mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga
awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu
kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang
dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta
sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada
awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi
Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam
semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta
ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika
mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika,
menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part10
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Matahari
dan Bulan Beredar Menurut Garis Perhitungan
Sesungguhnya
jarak di antara benda-benda angkasa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
gaya gravitasi. Oleh sebab itu Allah Ta'ala berfirman: "Matahari dan bulan
beredar menurut garis perhitungan.” (QS. Ar-Rahman : 5)
Seandainya
jarak antara bumi dan bulan terlalu dekat, hal itu akan menyebabkan
meningkatnya prosentase lautan, sehingga lautan menutupi daratan. Bahkan bulan
bisa tertarik gravitasi bumi sehingga dapat menimbulkan tabrakan.
Sedangkan
bila jaraknya terlalu jauh, air laut dapat mengalami penyusutan yang
signifikan, dan tidak menutup kemungkinan bahwa bulan dapat tertarik gravitasi
planet lain. Selain itu bumi akan berputar lebih cepat hingga 4 jam sekali
untuk satu putaran penuh.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part11
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Bentuk
Bola Bumi
Dulunya
masyarakat percaya bahwa bumi ini datar. Selama berabad-abad, orang-orang
tidak berani berpetualang terlalu jauh karena takut jatuh ke tepi bumi. Sir
Francis Drake adalah orang pertama yang membuktikan bahwa bumi itu bulat.
Kesimpulan itu ia dapatkan setelah berlayar mengelilingi bumi pada tahun 1597.
Berkenan
dengan hal ini, ayat Al Quran telah menerangkannya dengan tanda pergantian
siang dan malam, “Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah
memasukan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia
menundukan matahari dan bulan masing-masing beredar sampai kepada waktu yang
ditentukan. Sungguh, Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Luqman: 29)
Kata
“memasukan” di sini berarti bahwa berlaku secara perlahan dan bertahap; malam
berubah menjadi siang, begitu pula sebaliknya. Fenomena ini hanya berlaku jika
bumi berbentuk bulat. Sebab, jika bumi ini datar maka akan terjadi perubahan
mendadak dari malam ke siang dan sebaliknya.
Ayat
berikut juga menunjukan bahwa bumi itu bulat, “Dia menciptakan langit
dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia memasukan malam atas siang dan
memasukan siang atas malam serta menundukan matahari dan bulan, masing-masing
beredar menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dialah Yang Maha Mulia lagi
Maha Pengampun.” (QS. Az-Zumar: 5)
“Kata
dalam bahasa Arab yang digunakan di sini adalah “kawwara” yang berarti
menggulung atau melingkari. Jadi dalam Al Quran Allah berfirman, bahwa Allah
menggulung/ melingkari dari malam ke siang. Dan menggulungnya/ melingkarinya
dari siang ke malam. Kata “kawwara” bermakna seperti engkau melingkarkan
surban/ serban di kepala. Menggulung ini, dari siang ke malam dan dari malam ke
siang hanya mungkin jika bumi itu berbentuk bola, jika bentuknya datar maka itu
tidak mungkin.” (Dr. Zakir Naik)
Bumi
itu tidak bulat persis seperti bola, melainkan geospherical yaitu sedikit rata
di ujung-ujungnya. Berikut adalah ayat yang menerangkan hal ini, “Dan
setelah itu bumi Dia hamparkan.” (QS.An-Naziat:30)
“Kata
Arab "dahaha" adalah dihamparkan. Dan kata dahaha juga merupakan
turunan dari kata bahasa Arab "duya" yang artinya telur. Hari ini
kita mengetahui bahwa bentuk bumi tidak sepenuhnya bulat seperti bola.
Bentuknya hampir seperti telur, agak lonjong dan bagian tengah agar membesar.
Kata bahasa Arab "duya" bukan bermakna telur pada umumnya. Tapi makna
lebih spesifik yaitu telur burung unta. Jika kita perhartikan bentuk telur
burung unta, bentuknya hampir sama seperti bola. Coba bayangkan. 1.400 tahun
yang lalu Al Quran telah menyebutkan bahwa bumi berbentuk geospherical. Tidak
hanya menyebut bulat seperti bola saja, tetapi digambarkan telur burung unta.”
(Dr. Zakir Naik)
Wallahu
a'lam bishshowab
#part12
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Awal
Mula Air di Bumi
Pada
awal penciptaan bumi, kondisi permukaan bumi sangat panas. Tekanan dan
temperaturnya amat sangat tinggi. Maka jelaslah tidak ada air saat itu. Lalu
darimana datangnya air?
Berdasarkan
kajian astronomi air tidak dihasilkan sendiri oleh bumi, tetapi berasal dari
komet yang menumbuk bumi dan berurai menjadi uap air di atmosfer bumi. Hidrogen
yang terdapat pada komet berekasi dengan unsur-unsur yang terdapat di bumi dan
membentuk uap air. Uap air ini akan bergabung dengan uap air lainnya yang
berada di awan. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan. Bukti air berasal
dari komet ialah rasio deuterium dan hidrogen pada air laut sama dengan rasio
pada komet.
“Dan
Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu
menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” (QS
Al-Mukminun [23]: 18)
Pada
ayat tersebut di jelaskan bahwa air yang ada di bumi berasal dari langit dan
atas kehendak Allah subhanahu wata’ala air sebagai sumber kehidupan.
Lalu
bagaimana jika Allah melenyapkannya (menghilangkan) kembali? “sesungguhnya Kami
benar-benar berkuasa menghilangkannya.”
Mari
kita berpikir, apa yang akan terjadi ketika Bumi sedikit saja mendekat ke
matahari? Tentu saja akan terjadi kenaikan temperatur, “heating up”, akan
terjadi penguapan terus-menerus, sehingga lautan bisa lenyap. Lalu bayangkan
pula jika bumi dijauhkan dari matahari, maka akan temperatur akan semakin
dingin, air pun akan membeku dan kita tidak bisa melakukan apa-apa dengan air
ini.
Wallahu
a’lam bishshawab.
#part13
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Atap (Langit) yang Terpelihara
"Dan
Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka
berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya."
(Q.S. Al-Anbiyaa:32)
Pada
abad ke-20, sifat pada langit telah dibuktikan oleh para peneliti ilmiah, bahwa
atmosfir bumi yang menyelimuti bumi berperan sangat penting bagi kehidupan
dibumi. Fungsi atmosfir bumi adalah untuk menghancurkan sejumlah meteor atau
benda luar angkasa yang seberapa besar atau kecilnya ketika benda itu mendekati
bumi, dan mencegah benda tersebut jatuh ke permukaan bumi secara utuh atau
mencegah benda angkasa itu sampai kepermukaan bumi yang dapat membahayakan
makhluk di bumi.
Selain
itu atmosfir juga berguna untuk menyaring sebuah sinar-sinar dari luar angkasa
yang membahayakan kehidupan di bumi. Memantulkan sinar-sinar yang berbaya bagi
kehidupan di bumi dan membiarkan sinar-sinar yang tidak berbahaya dan berguna
untuk kehidupan dibumi masuk.
Selain
adanya atmosfir bumi yang berguna untuk kelangsungan makhluk hidup dibumi, ada
juga yang disebut Sabuk Van Allen, yaitu suatu lapisan yang tercipta akibat
keberadan medan magnet bumi, berperan untuk perisai melawan radiasi berbahaya
yang mengancam planet bumi kita ini. Bila mana Sabuk Van Allen ini tidak ada,
tidak akan ada namanya kehidupan di muka bumi. Hal itu dikarenakan tanpa adanya
Sabuk Van Allen, sebuah semburan energi raksasa yang disebut jilatan api dari
matahari yang terjadi bekali-kali, akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka
bumi.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part14
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Langit
yang Mengembalikan
“Demi
langit yang mengandung hujan.” (At Tariq:11)
Kata
yang ditafsirkan sebagai “mengandung hujan” dalam terjemahan Al Qur’an ini juga
bermakna “mengirim kembali” atau “mengembalikan”.
Sebagaimana
diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap
lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa
lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang
mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang,
marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi “pengembalian” dari lapisan-lapisan
yang mengelilingi bumi tersebut.
Lapisan
Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang
naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke
bumi sebagai hujan.
Lapisan
ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar
ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang
angkasa.
Ionosfir,
memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi
lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan
komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang
cukup jauh.
Lapisan
magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang
dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum
sampai ke bumi.
Sifat
lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini
tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Quran. Ini sekali lagi
membuktikan bahwa Al Qur’an adalah firman Allah.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part15
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Siklus
Hidrologi
“Allah,
Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka
apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba
mereka menjadi gembira.” (Q.S. Ar-Rum: 48)
Pada
Quran Surat. Ar-Rum ayat ke 48, Allah menjelaskan tentang hujan, bagaimana
prosesnya hingga turun hujan. Dalam istilah ilmiah hal ini disebut dengan
Siklus Hidrologi/ Siklus Air.
Siklus
hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi
dan kembali ke atmosfer melalui proses evaporasi, transpirasi, kondensasi dan
presipitasi.
Awalnya
ia berevaporasi (penguapan air) dari air laut/ tumbuhan (transpirasi), lalu
membentuk awan, kemudian awan terbawa oleh angin ke daratan dan terjadi
kondensasi (uap air menjadi titik-titik air), dan jatuh sebagai presipitasi
(turunnya air dari atmosfer ke permukaan) dalam bentuk hujan, salju, hujan es,
salju, dan kabut. Lalu masuk ke dalam tanah, selokan-selokan, mengalir ke
sungai-sungai, dan kembali ke laut.
“…menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya….” (Q.S.
Ar-Rum: 48)
Awan
yang menghasilkan hujan disebut dengan awan stratus. Hujan akan turun jika
terdapat empat lapisan awan berkumpul menjadi satu (seperti bergumpal-gumpal).
Jika hanya tiga lapisan yang berkumpul, hujan tetap akan tetap terbentuk, tapi
tidak akan jatuh ke bumi karena sudah menguap di udara. Sebab ketebalan
butiran-butiran air hanya sedikit. Adapun ketika dua lapisan awan berkumpul,
hujan takkan terbentuk.
Hujan
merupakan anugerah yang diberikan Allah Subhanahu Wata’ala bagi
makhluk di bumi. Tetesan air yang turun dari langit akan menjadi sumber
kehidupan bagi semua makhluk hidup. Dari hujan inilah terbentuk sumber-sumber
air yang akan mengaliri sungai-sungai, mengisi sumur-sumur, dan memenuhi danau.
Tanpa air hujan, siklus air di planet bumi ini tidak akan berjalan.
Al
Quran pada abad ke 7 sudah menjelaskan tentang sains yang di abad moderen ini
telah menjadi fakta ilmiah. Bagaimana bisa? Karena Al Quran bukanlah dikarang
manusia, tapi bukti adanya Maha Mengetahui, Maha Kuasa atas yang ada di bumi
dan langit-Nya.
Wallahu a’lam bishshawab.
#part16
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Awan Cumulonimbus Dalam Al Quran
Pada
peristiwa terjadinya kecelakaan Pesawat Air Asia QZ8501, disinyalir bermula
dari upaya pilot untuk menghindari awan jenis Cumulonimbus, yang menghalangi
rute penerbangan. Cumulonimbus terdiri dari tetes-tetes air pada bagian bawah
dan tetes-tetes salju (Kristal-kristal es) pada bagian atas.
Karakteristik
dari Cumulonimbus, sangat mirip dengan gambaran awan, yang terdapat di dalam Al
Quran, yakni QS. An-Nur ayat 43:
“Tidaklah
kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatannya
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butitan) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti)
gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan
kilat awan itu hamper-hampir menghilangkan penglihatan.” (QS. An Nur:
43)
Awan
Cumulonimbus adalah sebuah awan tebal vertikal yang menjulang sangat tinggi,
padat, mirip gunung atau menara. Bagian pucuk awan ini berserabut, tampak
berjalur-jalur dan hamper rata, melebar mirip bentuk landasan yang
disebut anvil head (anvil top). Awan ini terlibat langsung
dalam badai petir dan cuaca ekstrem lainnya.
Awan
ini terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer. Awan-awan ini dapat
terbentuk sendiri. Secara berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis
squall. Awan ini menciptakan petir melalui jantung awan. Awan ini dapat
terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar. Badai petir ini yang
ditakuti para penerbang.
Cumulonimbus
terdiri dari tetes-tetes air pada bagian bawah awan dan tetes-tetes salju atau
Kristal-kristal es pada bagian atas awan. Terdapat updraft dan downdraft sehingga
memungkinkan terjadi sirkulasi. Gesekan partikel awan di dalamnya dapat
menimbulkan muatan listrik.
Wajar
saja awan Cumulonimbus ditakuti penerbang. Sebab awan ini yang paling sering
membuat bencana. Karena awan ini merupakan satu-stunya awan yang dapat
menghasilan muatan listrik tornado alias puting beliung. Tornado dapat
terbentuk hanya melalui awan ini.
Fenomena
alam yang kerap terjadi akibat alam Cumulonimbus antara lain timbulnya kilat (lightining)
dan guntur (thunderstorm), hujan lebat, angin kencang, bahkan bisa
menimbulkan hujan es.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part17
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Awan
Bergumpal-Gumpal
“Allah,
Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka
apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba
mereka menjadi gembira.” (Q.S. Ar-Rum [30]:48)
Para Ilmuwan mengatakan, awan stratus tidak dapat menghasilkan kilat, guntur, dan butiran-butiran es, tetapi hanya menurunkan hujan saja. Namun, turunnya hujan melalui awan stratus tidak terjadi di setiap kondisi, hanya di kondisi tertentu saja.
Para Ilmuwan mengatakan, awan stratus tidak dapat menghasilkan kilat, guntur, dan butiran-butiran es, tetapi hanya menurunkan hujan saja. Namun, turunnya hujan melalui awan stratus tidak terjadi di setiap kondisi, hanya di kondisi tertentu saja.
Hujan
tidak akan turun kecuali empat lapisan awan berkumpul menjadi satu. Jika hanya
tiga lapisan yang berkumpul, hujan tetap akan tetap terbentuk, tapi tidak akan
jatuh ke bumi karena sudah menguap di udara. Sebab ketebalan butiran-butiran
air hanya sedikit.
Adapun
ketika dua lapisan awan berkumpul, hujan takkan terbentuk. Pada titik inilah
ungkapan 'kisafan' (bergumpal-gumpal/berkelompok-kelompok) yang dikatakan oleh
ayat di atas menemukan kebenarannya. Maha benar Allah dalam segala firman-Nya.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part18
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Air Hujan, Air Yang Membersihkan
Air
hujan dari prosesnya hingga turun dari langit sampai ke permukaan terjadi
banyak proses. Tahukah bila proses itu yang membuat air hujan menjadi amat
bersih?
Air
hujan merupakan hasil dari air suling. Air suling (distilled water/dH2O)
adalah air yang telah mengalami proses pemurnian dari senyawa pengotor seperti
logam berat dan lain-lain. (Seperti yang telah kita bahas sebelumnya tentang
proses terjadinya hujan) Air yang dipanaskan hingga ke tahap didih lalu menjadi
uap (evaporasi), kemudian dikondensasi (uap air menjadi titik-titik air)
membentuk butiran air. Dengan kadar-kadar kejernihan tinggi/sangat jernih,
kemudian diturunkan dalam bentuk hujan.
Air
hujan mampu menjadi pembersih (udara, kulit), menyerap kotoran yang ada. Jadi,
sebenarnya ketika orang tua melarang main hujan-hujanan karena takut sakit itu
yang berbahaya bukan air hujannya. Air hujannya bersih, namun di sekitarnya
banyak mengandung polutan dan air hujan ini berfungsi untuk membersihkan udara.
Pembasmi kotoran terbaik. Yang mampu mensterilkan, membersihkan bumi yang
tercemar. Sehingga ketika air hujan yang bercampur dengan polutan ini mengenai
badan dapat menyebabkan sakit.
“Dialah
yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan
rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.”(QS
Al Furqan [25] : 48)
Wallahu
a’lam bishshowab
#part19
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Air
Hujan Terasa Tawar, Bukan Asin
Air
hujan berasal dari 97% penguapan air laut yang asin. Lalu, mengapa ketika turun
ke bumi dalam bentuk air hujan menjadi tawar?
Air
hujan bersifat tawar karena adanya evaporasi, kondensasi, hingga presipitasi
yang telah ditetapkan Allah. Dari manapun asal penguapan air (evaporasi), baik
dari laut yang asin, dari danau yang mengandung mineral, atau dari dalam
lumpur, air yang menguap tidak pernah mengandung bahan lain. air hujan akan
jatuh ke tanah dalam keadaan murni dan bersih.
Air
sungai membawa bermacam-macam mineral ke laut, salah satunya adalah sodium
klorida (garam). Ketika air laut menguap, hanya airnya (H2O) saja yang menguap
sedang garam tetap tertinggal. Melalui proses siklus yang berulang selama
jutaan tahun, maka air laut menjadi asin seperti sekarang. Di seluruh pelosok
dunia, sungai mengirim sekitar 40 milyar ton garam ke laut setiap tahunnya.
Kata ujajan dalam
ayat tersebut berarti asin atau pahit yang tidak bisa diminum. Air hujan secara
alamiah terasa tawar dan merupakan air yang paling bersih. Seandainya Allah
menghendaki untuk menjadikan air hujan terasa asin atau pahit, tentu Dia sudah
melakukannya. Jika bukan karena rahmat dan anugerah Allah, tentu air hujan akan
berubah menjadi asin sehingga tidak bisa dimanfaatkan oleh manusia, hewan, dan
binatang.
“Pernahkah
kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkan dari awan
ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami
menjadikannya asin atau pahit, lalu mengapa kamu tidak bersyukur?” (QS.
Al Waqiah: 68-70).
Wallahu
a’lam bishshawab.
#part20
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Dua
Laut Yang Tidak Bercampur
“Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman:19-20)
Fenomena
alam di selat Gibraltar tepatnya antara Maroko dan Spanyol merupakan tempat
pertemuan atara dua lautan yakni laut atlantik dan laut tengah ini tak pernah
menyatu. Perbedaan itu sangat jelas kelihatan dari perbedaan warna air laut.
Ada garis batas yang memisahkan keduanya. Air laut dari lautan atlantik
berwarna biru lebih terang. Air laut dari laut Mediteranian berwarna biru lebih
gelap, lebih pekat.
Air
laut dari Lautan Atlantik memasuki Laut Mediterania atau laut Tengah melalui
Selat Gibraltar. Keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda. Suhu air
berbeda. Kadar garam nya berbeda. Kerapatan air (density) airpun berbeda.
Waktu
kedua air itu bertemu di Selat Gibraltar, karakter air dari masing-masing laut
tidak berubah. Terlihat dengan jelas mana air yang berasal dari Lautan
Atlantik, dan mana air yang berasal dari laut tengah atau laut Mediterania.
Air
laut di Gibraltar Sifat lautan ketika bertemu, menurut modern science tidak
bisa bercampur satu sama lain. Hal ini telah dijelaskan oleh para ahli
kelautan. Dikarenakan adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah
kedua air dari lautan tidak becampur satu sama lain, seolah terdapat dinding
tipis yang memisahkan mereka.
Air
laut Mediteranian, yang berwarna biru tua, menyusup sampai kedalaman 1000 m
dari permukaan laut, di lautan Atlantik, dan terus masuk sejauh ratusan km di
lautan Atlantik dan tetap tidak berubah karakteristiknya.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part21
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Api
yang Tak Padam Meskipun Berada di Dalam Laut
Api
jika kita siram dengan air pasti akan mati. Tapi, mengapa api di dalam laut
yang sejatinya terdapat di air yang amat sangat banyak, tidak bisa memadamkan
api tersebut? Allah Subhanallahu wata‘ala
berfirman yang artinya “Demi lautan yang di dalamnya ada api” (QS.
Ath-Thur [52] ayat 6).
Ayat Al
Quran ini menjelaskan struktur bumi itu sendiri. Ini terbukti dengan teori
pemisahan lantai laut (seafloor spreading) yang menyebabkan magma di
bawah kerak bumi keluar dengan tekanan yang kuat ke permukaan di bawah laut.
Pada
pertengahan tahun 1990-an, dua ahli geologi berkebangsaan Rusia, Anatol
Sbagovich dan Yuri Bagdanov bersama rekannya ilmuwan Amerika Serikat, Rona
Clint pernah meneliti tentang kerak bumi dan patahannya di dasar laut.
Para
ilmuwan tersebut, menyelam ke dasar laut sedalam 1.750 kilometer di lepas
pantai Miami. Sbagovich bersama kedua rekannya menggunakan kapal selam canggih
yang kemudian beristirahat di batu karang dasar laut.
Di
dasar laut itulah mereka dikejutkan dengan fenomena aliran air yang sangat
panas mengalir ke arah retakan batu. Kemudian aliran air itu disertai dengan
semburan lava cair panas menyembur layaknya api di daratan dan disertai debu
vulkanik layaknya asap kebakaran di daratan. Tidak tanggung-tanggung panasnya
suhu api vulkanis di dalam air tersebut ternyata mencapai 231 derajat Celcius.
Mereka
menemukan fakta bahwa fenomena alam itu terjadi akibat aliran lava vulkanis
yang terjadi di dasar laut, layaknya gunung api bila di daratan. Dan kemudian
mereka menemukan lebih banyak lagi gunung aktif di bawah laut yang tersebar di
seluruh lautan. Sesungguhnya, Al-Qur’an telah menyebutkan fakta itu sejak 1.400
tahun yang lalu. Al Quran menjelaskan api di dalam lautan dengan istilah
“masjur”.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part22
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Kegelapan
dan Gelombang di dalam Lautan
"Atau
seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah
tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (Q.S. An Nur: 40)
Kegelapan
dalam lautan dan samudra yang dijumpai pada kedalaman 200 meter atau lebih
hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak terdapat
cahaya sama sekali.
Al
Quran menjelaskan tentang lautan yang dalam dan ombak di atas ombak, seperti
apakah itu?
Di
kedalaman laut ada ombak disebut dengan gelombang internal. Gelombang internal
disebabkan karena air di kedalaman memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada
air di atasnya. Jadi tepat seperti penjelasan Al-Qur'an yaitu "ombak di
atas ombak."
Gelombang
internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra
dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi
dibanding lapisan air di atasnya. Gelombang internal memiliki sifat seperti
gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana gelombang
permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tapi
keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar garam
di tempat-tempat tertentu.
Al
Quran juga menjelaskan tentang orang-orang yang kehilangan cahaya (cek ayat
lagi) sehingga mereka tidak dapat melihat. Sinar cahaya terdiri dari tujuh
warna: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Ketika cahaya menembus
kedalaman air, maka ini dikenal dengan istilah "refraksi." Misalnya,
di kedalaman 10-15 meter, air menyerap warna merah, dan saat anda menyelam
lebih dalam lagi, setiap spektrum warna diserap oleh air, sehingga pada
kedalaman sekitar 1.000 meter maka keadaan sudah gelap total.
"Apabila
dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya." Kegelapan
ini berada di bawah gelombang internal dalam laut. Bahkan ada ikan tertentu di
kedalaman tersebut yang dapat menghasilkan cahaya sendiri sehingga ikan-ikan
itu bisa melihat.
Orang
bisa menjelajahi kedalaman laut di bawah 1.000 meter. Hanya dengan mesin modern
yang sangat canggih, kapal selam, dan pakaian menyelam, maka seseorang dapat
turun ke kedalaman itu.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part23
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Pegunungan
Ibarat Pasak (Pancang)
Dalam
geologi, fenomena “lipatan” adalah sebuah fakta ilmiah yang telah ditemukan.
Lipatan yang terjadi mengakibatkan terbentuk pegunungan. Kerak bumi yang kita
tempati sekarang ini seperti sebuah kulit yang padat. Sedangkan di bagian
dalamnya berupa cairan dan panas sehingga tidak mungkin ada kehidupan di sana.
Diketahui
juga bahwa stabilitas pegunungan terkait dengan fenomena lipatan. Karena itu,
lipatan menyediakan fondasi untuk relief-relief komponen pembentuk pegunungan.
Ahli geologi mengatakan bahwa jari-jari bumi sekitar 3.750 mil dan kerak tempat
kita berpijak sangatlah tipis hanya berskisar 1-30 mil.
Karena
tipisnya kerak tempat kita berpijak, maka kemungkinan untuk bergetar sangat
tinggi. Di sinilah pegunungan berperan sebagai pancang atau pasak bagi kerak
bumi. Gunung memberikan stabilitas bagi daratan, tempat kita hidup.
Al
Quran dengan sempurna mendeksripsikan fenomena ini dalam ayatnya, “Bukankah
Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai
pasak?” (QS. An-Naba’: 6-7)
Kata ‘awtaa’ berarti
pancang atau pasak (seperti yang biasa digunakan dalam mendirikan tenda),
mereka adalah bagian dalam dari sebuah lipatan. Dalam buku “Earth” (buku
referensi dari disiplin ilmu geologi pada banyak universitas di seluruh dunia),
penulis (Frank Press, presiden Akademik Sains di AS) menggambarkan gunung
berbentuk pasak, permukaan gunung yang sering kita lihat hanya sebagian kecil
saja dari keseluruhan gunung itu sendiri. Di bagian bawah permukaan tanah,
gunung tampak seperti akar yang menghujam sangat kuat. Dr. Press mengatakan
bahwa pegunungan memainkan peranan yang penting dalam menstabilkan kerak bumi.
Al
Quran telah menggambarkan fakta ilmiah ini sesuai dengan ilmu geologi modern
secara sempurna, “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang
kokoh agar ia (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di
sana itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (QS.
Al Anbiya’: 31)
Permukaan
bumi terpecah-pecah menjadi banyak lempeng yang memiliki ketebalan sekitar 100
km. Lempengan ini mengambang di sebagian wilayah yang mencair (disebut asthenosphere).
Formasi gunung terbentuk pada lempengan tersebut. Kerak bumi tebalnya 5 km di
bawah lautan, tebalnya sekitar 35 km di bawah permukaan kerak kontinental dan hampir
mencapai 80 km di bawah pegunungan besar.
Ini
adalah fondasi yang kuat bagi pegunungan. Al Quran pun berbicara tentang
fondasi pegunungan yang kuat dalam ayat berikut, ”Dan gunung-gunung Dia
pancangkan dengan teguh.” (QS. An Nazi’at: 32).
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part24
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Gunung
Pelangi di Cina
Al
Quran telah menginformasikan fenomena alam tersebut 14 abad yang lalu. Apakah
Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pernah ke Cina?
Tidak pernah sama sekali. Tidak lain tiada bukan, informasi tersebut bersumber
dari wahyu Allah semata.
“Tidakkah
kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan
dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan diantara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya
da nada (pula) yang hitam pekat.” (QS. Al-Fathir: 27)
Gunung
ini tampak seperti hamparan bendera berwarna-warni, bukan? Gunung pelangi
seluas 300 km2 ini merupakan bagian dari Zhangye Danxia Landform Geological
Park yang terletak di provinsi Gansu, China. Bukit dan lembahnya terdiri dari
lapisan warna merah, biru, hijau, zamrud, coklat, dan kuning. Walaupun begitu,
di sana tidak ditemui tumbuhan atau hewan apapun karena kondisi tanahnya yang
tandus.
Fenomena
alam yang menakjubkan ini merupakan contoh geomorfologi petrografi yang
terbentuk karena kondisi lingkungan. Menurut Telegraph, warna-warni
menakjubkan perbukitan tersebut berasal dari batuan pasir merah dan mineral
yang terbentuk sejak periode kapur, tepatnya 24 juta tahun lalu. Formasi batuan
tersebut kemudian mengalami pergeseran lempeng tektonik yang juga membentuk
pegunungan Himalaya. Hujan dan angina yang menerpa daerah itu selama jutaan
tahun juga ikut andil dalam membentuk ceruk, lembah, dan pola warna Zhangye
Darxia. Konon gunung ini akan menampilak pola warna yang berbeda-beda.
Selain
gunungnya yang berwarna-warni, Zhanye Danxia juga memiliki gua-gua yang
tersembunyi di balik perbukitan. Karena keunikan kondisi alamnya tersebut,
World Heritage Committee UNESCO memasukan gunung ini dalam Situs Warisan Dunia
pada tahun 2010.
Sekarang
Zhangye Danxia menjadi salah satu obyek wisata paling dicari di China,
menghasilkan pendapatan yang cukup tinggi bagi penduduk Zhangye Danxia.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part25
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Bumi
yang Mempunyai Retakan
“Demi
bumi yang mempunyai retakan.” (QS. Thariq: 12)
Di
lingkungan tatasurya kita, Bumi merupakan planet bertanah (terrestrial planet)
yang paling besar. Tersusun dari gas-gas Hidrogen dan Helium. Sebagai “dunia
non-gas” yang terbesar, Bumi memiliki suhu internal paling tinggi dibandingkan
dengan planet-planet lain, sehingga Bumi mempunyai kulit yang paling tipis
dengan kedalaman cuma sekitar 50 km.
Menurut
para pakar geologi, bumi pada masa purbakala hanya terdiri atas satu segmen
saja. Jutaan tahun kemudian dan akibat dari tekanan dahsyat di perut bumi, kulit
bumi menjadi retak. Hal itu terus berlangsung sampai sekarang hingga terbentuk
benua-benua dan samudra-samudra yang kita kenal saat ini.
Anehnya,
semua lempeng tersebut saling menyambung satu sama lain seolah seperti satu
lempeng utuh dan yang diserupakan oleh lama seperti guratan pada bola tenis.
Al-Quran mengatakan, Dan demi bumi yang mempunyai retakan. Lempeng ini menjadi
salah satu faktor penting mengapa bumi bisa didiami dan dijadikan tempat
kehidupan. Ia bukanlah retakan biasa, melainkan dihasilkan oleh gerakan pada
bagian lapisan terluar bumi.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part26
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Semakin
Tinggi, Semakin Rendah Tekanan Udara
“Barang
siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya
untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesak. Dia
jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit.
Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”
(QS. Al An’am: 125)
Ilmu
pengetahuan menunjukan bahwa semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut
semakin rendah tekanan udara dan semakin tipis kadar oksigennya. Keadaan udara
ini mendorong peningkatan takanan darah dan menjadikan orang sulit bernafas.
1400
tahun yang lalu saat diturunkannya ayat ini belum ada seorangpun yang mampu
mempelajari tentang tekanan udara, bahkan tak seorang ilmuwan pun mampu
menjelajahi angkasa, pesawat terbang pertama kali baru ditemukan oleh Wright
Bersaudara pada akhir abad ke-18. Maha benar Allah Ta'ala dalam segala
firman-Nya.
Wallahu
a’lam bishshowab.
#part27
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
Sumber:
Mukjizat
Al Quran dan As Sunnah -Dr. Zakir Naik
Sains dalam Al Quran -Dr. Nadiah Thayyarah
Internet
Sains dalam Al Quran -Dr. Nadiah Thayyarah
Internet
Tauge | Tausiyah Geografi
Departemen Kerohanian BEMP Geografi
Jakarta, 7 Februari 2017
Penulis :
Departemen Kerohanian
Editor :
Layla Nurul Rachmayani
Humas BEMP Geografi UNJ
Komentar
Posting Komentar