Studi Islam Geografi (SIG) Departemen Kerohanian BEMP Geografi 2016-2017

SIG | STUDI ISLAM GEOGRAFI
Departemen Kerohanian BEMP Geografi




Mukjizat Al Quran Tentang Penciptaan Alam Semesta
Banyak teori yang menjelaskan tentang penciptaan alam semesta. Tapi, tahukah kalau ada dua teori yang dikenal, yaitu teori Materialisme dan Teori Ledakan Besar (Big Bang Theory).
Teori materialisme merupakan salah satu aliran dalam ilmu filsafat yang dikembangkan oleh para filosof Yunani Kuno. Menurut teori ini, alam tidak memiliki awal maupun akhir, alam semesta tidak diciptakan, tetapi ada dengan sendirinya.
Teori materialisme yang sempat diagungagungkan para filsuf dan ilmuwan Barat dipatahkan oleh Teori Ledakan Besar (Bing Bang Theory). Banyak penelitian panjang yang telah dilakukan para peneliti untuk membuktikan teori ini termasuk NASA pada tahun 1989.
Teori Ledakan Besar mengungkapkan bahwa alam semesta termasuk bumi dan isinya itu terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini menyatakan adanya "awal atau permulaan" pada alam semesta disebabkan oleh Big Bang. Kalau alam semesta itu memiliki permulaan, maka tentu saja ada yang menciptakannya yakni Tuhan, Sang Pencipta semesta alam.
Alquran menggambarkan penciptaan alam semesta dalam enam masa.  “Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,….” (Q.S. Al-’A`raf 7:54)
Dalam Qs. An-Nazi’at:27-33: “Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya [27] Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya [28] dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang [29] Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya [30] Ia memancarkan dari padanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya [31] Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32] (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu [33].”
Para ahli mengambil kesimpulan bahwa proses penciptaan langit dan bumi secara kronologis terjadi dalam enam masa atau enam periode. Seperti apa enam masa tersebut? Akan kita ulas di SIG selanjutnya. 
Wallahu a’lam bishshawab.
#part1
#studiislamgeografi
#krhbempgeo


Mukjizat Al Quran Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Pertama)
Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya.” (QS. An-Nāzi’āt [79]: 27)
Pada Masa Pertama, alam semesta pertama kali terbentuk dari Ledakan Dahsyat / Dentuman Besar yang disebut Bing Bang. Teori Bing Bang mengatakan bahwa alam semesta ini awalnya berasal dari satu titik kecil dan karena adanya kepadatan material dan suhu tinggi, titik tersebut meledak kemudian terpisah-pisah dan berkembang hingga 13,7 milyar tahun kemudian menjadi alam semesta.
Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Dari ledakan besar tersebut terbentuklah awan debu atau dukhan, ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat disitu terbentuk unsur hidrogen, saat temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat selsius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga,dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi.
Ledakan Besar yang menghasilkan planet, bintang, dan galaxi kini tersusun rapi di jagad raya. Ledakan tersebut tidak seperti ledakan bom yang hasilnya hancur berantakan. Demikian karena Allah lah yang mengaturnya. Yang menakjubkan dalam masa ini, teori big bang telah dijelaskan dalam Al Quran:
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. maka mengapa mereka tidak juga beriman?” (Q.S. Al Anbiya’ [21]: 30)
“Kesesuaian yang harmoni antara Al Quran dan teori Big Bang adalah suatu hal yang tidak dapat dielakkan,” -Dr Zakir Naik menjelaskan keterkaitan ayat ini (Q.S. Al Anbiya’ [21]: 30) dengan teori big bang.
Orang yang pertama kali memperkenalkan teori Big Bang adalah Georges Lemaître, seorang ahli kosmologi Belgia, meski ia menyebutnya sebagai “hipotesis atom purba”. Persamaan yang mendeksripsikan teori Ledakan Dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Teori ini didukung Edwin Hubble, NASA dan para astronom dan astrofisika lainnya.
Bila Qur'an bukanlah firman Allah Ta'ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam, maka bagaimana mungkin kitab yang berusia 1400 tahun dapat mengetahui tentang hal ini? 
Wallahu a’lam bishshawab.
#part2
#studiislamgeografi
#krhbempgeo
 


Mukjizat Al Quraan Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Kedua) 

Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya.” (Q.S. An Naz’iat;28)
Dalam Q.S. Adz Dzariat [51] ayat 28 terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” sebagai analogi dari alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit alam semesta terlihat makin tinggi (meluas). Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh.
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung, sebagaimana bayi dalam kandungan. Alam semesta ini terus mengembang.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Fenomena alam semesta terus bergerak dan mengembang telah  Allah Subhanallahu Wa Ta’ala firmankan dalam Al Qur’an:
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Q.S. Adz Dzariyat: 47).
Wallahu a’lam bishshawab.
#part3
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Mukjizat Al Quraan Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Ketiga)
Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.” (Q.S. An-Nazi’at [79]:: 29)
Pada masa ini dalam penciptaan alam semesta adalah proses penciptaan tata surya sama dengan proses pembentukan bintang umumnya, dari dukhan (awan debu), walau sudah tidak murni Hidrogen lagi. Selain itu pada masa ini juga terjadi proses pembentukan matahari sekitar 4,6 miliar tahun lalu dan mulai di pancarkannya cahaya dan angin matahari.
Bumi telah terbentuk lalu berotasi, sehingga terjadi siang dan malam.
Wallahu a’lam bishshawab.
#part4
#studiislamgeografi
#krhbempgeo




Mukjizat Al Quraan Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Keempat)
Bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.” (Q.S. An-Nazi’at [79]: 30)
 Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan bumi yang kemudian terpisah-pisah menjadi beberapa benua.
Bumi yang terbentuk dari debu-debu antarbintang yang dingin mulai menghangat dengan pemanasan sinar matahari dan pemanasan dari dalam Bumi (endogenik) dari peluruhan unsur-unsur radioaktif di bawah kulit bumi.
Akibat pemanasan endogenik itu materi di bawah kulit bumi menjadi lebur antara lain munculnya lava dari gunung api. Batuan basalt yang menjadi  dasar lautan dan granit yang menjadi batuan utama di daratan merupakan hasil pembekuan materi leburan tersebut.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Q.S. Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.
Wallahu a’lam bishshawab.
#part5
#studiislamgeografi
#krhbempgeo


Mukjizat Al Quraan Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Kelima) 
Ia memancarkan dari padanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.” (Q.S. An-Nazi’at [79]: 31)
Dalam ayat 31 ini: Ia memancarkan dari padanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya,” menunjukan bahwa dimana terjadi evolusi bumi dari tidak ada air menjadi ada air. ,
Berdasarkan kajian astronomi air tidak dihasilkan sendiri oleh bumi, tetapi berasal dari komet yang menumbuk Bumi. Hidrogen yang terdapat pada komet berekasi dengan unsur-unsur yang terdapat di bumi dan membentuk uap air, uap air ini kemudian turun sebagai hujan. Bukti air berasal dari komet ialah rasio deuterium dan hidrogen pada air laut sama dengan rasio pada komet.
Semua kehidupan berasal dari air, setelah air muncul kehidupan seperti tumbuhan-tumbuhan bersel satu di dalam air dan makhluk hidup lainnya.
Wallahu a’lam bishshawab.
#part6
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Mukjizat Al Quraan Tentang Penciptaan Alam Semesta (Masa Keenam) 

Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32] (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu [33] (Q.S. An-Nazi’at [79]:32-33)
Proses Geologis Serta Lahirnya Hewan Dan Manusia (surat An-Nāzi’āt, ayat 32 dan auat 33). Dalam ayat 32 di atas, disebutkan: ”Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai tadinya satu kontingen, kemudian terpisah menyebar menjadi bagian benua-benua dengan nama masing-masing seperti Asia, Afrika, Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia.
Fungsi gunung-gunung yang ada pada setiap benua adalah sebagai ”pasak” Bumi benua masing-masing, sebagaimana yang tercantum dalam Qura’an Surat, An-Nahl [16] ayat 15:
Dan Dia menancapkan gunung di Bumi agar Bumi itu tidak bergoncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.”
Guna adanya dataran tanah di Bumi pada masing-masing benua bagi manusia diterangkan dalam firman-Nya sebagai berikut: “(Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu”(Q.S. An-Nāzi’āt ayat [79]:33). Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, dan adanya air di laut dan di sungai-sungai serta jalan-jalan, maka terciptalah tumbuhan dan hewan dan akhirnya manusia. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.
Al-Qur’an adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan antara satu sama lainnya. Seperti ungkapan seorang ilmuan besar Albert Einsten:
.
Religion without science is blind and science without religion is damage.” (Albert Einstein, 1960)
Demikian pembahasan terkait Mukjizat Al Quraan Tentang Pencintaan Semesta Alam menurut Q.S. An-Naziaat 27-33. Semoga bermanfaat.
Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudia dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun penolong maupun pemberi syafa’at selain Dia. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?” (Q.S. As-Sajdah [32]-4)
Allah menciptakan segala susuatu pasti ada hikmah yang bisa dipetik, tiada yang sia-sia. Wallahu a’lam bish showab.
#part7
#studiislamgeografi
#krhbempgeo


Garis Edar Benda-Benda Angkasa 
Perhatikan pada tiga ayat Al Quran dibawah ini :
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Q.S. Al-Anbiyaa:33)
"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Q.S. Adz-Dzaariyaat:7)
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Yaa'Siin:38)
Sebuah kenyataan dalam ayat Al Quran yang merujuk pada garis edar atau pada kalimat "demi langit yang mempunyai jalan-jalan". Sebuah fakta ini telah ditemukan melalui pengamatan astronimi di zaman  kita (modern). Menurut perhitungan para ahli astronomi, selain benda-benda angkasa dan planet yang mempunyai garis edar sendiri, matahari juga mempunyai garis edar seperti halnya benda-benda angkasa lainnya yang disebut dengan Solar Apex, bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km/jam ke arah bintang Vega. Hal ini, menunjukan matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 km dalam sehari. Matahari, sema planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini dan juga semua bintang alam semesta berada dalam suatu gerakan yang sama.
Adanya bermilyar-milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang, sebagian besar pada bintang itu terdapat juga planet, dan juga sebagian besar pula planet-planet itu mempunyai satelit sendiri atau yang disebut dengan bulan. Semua benda angkasa yang terdapat di alam semesta ini mempunyai garis edarnya sendiri dan masing-masing peredarannya diperhitungkan dengan sangat teliti. Dan semua masing-masing benda angkasa itu seolah seperti berenang sepanjang garis edarnya dengan serasi dan teratur bersama dengan benda angkasa lainnya. Intinya, kesemua galaksi beserta benda-benda angkasa lainnya bergerak dalam garis edarnya, yang masing-masing itu tidak satupun bergerak memotong lintasan lain hingga bertabrakan dengan yang lain.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part8
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Bulan Sebagai Cahaya dan Matahari Sebagai Pelita
 
Dan Allah menciptakan bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita.” (QS. Nuh:16)
Telah berabad-abad yang lalu manusia percaya bahwa bulan menghasilkan cahayanya sendiri. Sains kini memberitahu kita bahwa cahaya bulan adalah cahaya yang dipantulkan. Walau bagaimanapun, fakta ini telah disebut di dalam al-Quran 1400 tahun yang lalu di dalam firman-Nya.
Bahasa Arab untuk matahari di dalam Al Quran ialah 'syams'. Yang merujuk kepada 'siraaj', yang bermaksud api pelita (torch) atau 'wanhaaj' yang bermakud 'lampu yang menyala' atau 'diya' yang bermaksud 'kemegahan yang menyinari.' Ketiga-tiga keterangan itu memang sesuai untuk matahari karena sejatinya ia mengeluarkan panas dan cahaya sebab ia adalah bola api raksasa yang menyala.
Perkataan Arab untuk bulan adalah 'qamar' dan ia diterangkan di dalam al-Quran sebagai 'muneer', yaitu sesuatu yang mengeluarkan nur, yaitu cahaya. Sekali lagi, keterangan al-Quran menyamai sifat alamiah bulan yang tidak menghasilkan cahayanya sendiri dan merupakan benda yang tidak aktif yang hanya memantulkan sinar matahari.
Tidak pernah sekalipun di dalam al-Quran, bulan disebut sebagai 'siraaj', 'wanhaaj', atau 'diya' atau matahari sebagai 'nur' atau 'muneer'. Ini menunjukkan al-Quran mengetahui perbedaan diantara sinar matahari dan cahaya bulan.
Wallahu a’lam bishshawab.
#part9
#studiislamgeografi
#krhbempgeo


Alam Semesta Terus Mengembang dan Meluas 
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz Dzariyat: 47)
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part10
#studiislamgeografi
#krhbempgeo


Matahari dan Bulan Beredar Menurut Garis Perhitungan
Sesungguhnya jarak di antara benda-benda angkasa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gaya gravitasi. Oleh sebab itu Allah Ta'ala berfirman: "Matahari dan bulan beredar menurut garis perhitungan.” (QS. Ar-Rahman : 5)
Seandainya jarak antara bumi dan bulan terlalu dekat, hal itu akan menyebabkan meningkatnya prosentase lautan, sehingga lautan menutupi daratan. Bahkan bulan bisa tertarik gravitasi bumi sehingga dapat menimbulkan tabrakan.
Sedangkan bila jaraknya terlalu jauh, air laut dapat mengalami penyusutan yang signifikan, dan tidak menutup kemungkinan bahwa bulan dapat tertarik gravitasi planet lain. Selain itu bumi akan berputar lebih cepat hingga 4 jam sekali untuk satu putaran penuh.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part11
#studiislamgeografi
#krhbempgeo


Bentuk Bola Bumi
Dulunya masyarakat percaya bahwa bumi ini datar. Selama berabad-abad,  orang-orang tidak berani berpetualang terlalu jauh karena takut jatuh ke tepi bumi. Sir Francis Drake adalah orang pertama yang membuktikan bahwa bumi itu bulat. Kesimpulan itu ia dapatkan setelah berlayar mengelilingi bumi pada tahun 1597.
Berkenan dengan hal ini, ayat Al Quran telah menerangkannya dengan tanda pergantian siang dan malam,  “Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah memasukan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia menundukan matahari dan bulan masing-masing beredar sampai kepada waktu yang ditentukan. Sungguh, Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 29)
Kata “memasukan” di sini berarti bahwa berlaku secara perlahan dan bertahap; malam berubah menjadi siang, begitu pula sebaliknya. Fenomena ini hanya berlaku jika bumi berbentuk bulat. Sebab, jika bumi ini datar maka akan terjadi perubahan mendadak dari malam ke siang dan sebaliknya.
Ayat berikut juga menunjukan bahwa bumi itu bulat, “Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia memasukan malam atas siang dan memasukan siang atas malam serta menundukan matahari dan bulan, masing-masing beredar menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dialah Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (QS. Az-Zumar: 5)
“Kata dalam bahasa Arab yang digunakan di sini adalah “kawwara” yang berarti menggulung atau melingkari. Jadi dalam Al Quran Allah berfirman, bahwa Allah menggulung/ melingkari dari malam ke siang. Dan menggulungnya/ melingkarinya dari siang ke malam. Kata “kawwara” bermakna seperti engkau melingkarkan surban/ serban di kepala. Menggulung ini, dari siang ke malam dan dari malam ke siang hanya mungkin jika bumi itu berbentuk bola, jika bentuknya datar maka itu tidak mungkin.” (Dr. Zakir Naik)
Bumi itu tidak bulat persis seperti bola, melainkan geospherical yaitu sedikit rata di ujung-ujungnya. Berikut adalah ayat yang menerangkan hal ini, “Dan setelah itu bumi Dia hamparkan.” (QS.An-Naziat:30)
“Kata Arab "dahaha" adalah dihamparkan. Dan kata dahaha juga merupakan turunan dari kata bahasa Arab "duya" yang artinya telur. Hari ini kita mengetahui bahwa bentuk bumi tidak sepenuhnya bulat seperti bola. Bentuknya hampir seperti telur, agak lonjong dan bagian tengah agar membesar. Kata bahasa Arab "duya" bukan bermakna telur pada umumnya. Tapi makna lebih spesifik yaitu telur burung unta. Jika kita perhartikan bentuk telur burung unta, bentuknya hampir sama seperti bola. Coba bayangkan. 1.400 tahun yang lalu Al Quran telah menyebutkan bahwa bumi berbentuk geospherical. Tidak hanya menyebut bulat seperti bola saja, tetapi digambarkan telur burung unta.” (Dr. Zakir Naik)
Wallahu a'lam bishshowab
#part12
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Awal Mula Air di Bumi
Pada awal penciptaan bumi, kondisi permukaan bumi sangat panas. Tekanan dan temperaturnya amat sangat tinggi. Maka jelaslah tidak ada air saat itu. Lalu darimana datangnya air?
Berdasarkan kajian astronomi air tidak dihasilkan sendiri oleh bumi, tetapi berasal dari komet yang menumbuk bumi dan berurai menjadi uap air di atmosfer bumi. Hidrogen yang terdapat pada komet berekasi dengan unsur-unsur yang terdapat di bumi dan membentuk uap air. Uap air ini akan bergabung dengan uap air lainnya yang berada di awan. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan. Bukti air berasal dari komet ialah rasio deuterium dan hidrogen pada air laut sama dengan rasio pada komet.
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” (QS  Al-Mukminun [23]: 18)
Pada ayat tersebut di jelaskan bahwa air yang ada di bumi berasal dari langit dan atas kehendak Allah subhanahu wata’ala air sebagai sumber kehidupan.
Lalu bagaimana jika Allah melenyapkannya (menghilangkan) kembali? “sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.”
Mari kita berpikir, apa yang akan terjadi ketika Bumi sedikit saja mendekat ke matahari? Tentu saja akan terjadi kenaikan temperatur, “heating up”, akan terjadi penguapan terus-menerus, sehingga lautan bisa lenyap. Lalu bayangkan pula jika bumi dijauhkan dari matahari, maka akan temperatur akan semakin dingin, air pun akan membeku dan kita tidak bisa melakukan apa-apa dengan air ini.
Wallahu a’lam bishshawab.
#part13
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Atap (Langit) yang Terpelihara
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Q.S. Al-Anbiyaa:32)
Pada abad ke-20, sifat pada langit telah dibuktikan oleh para peneliti ilmiah, bahwa atmosfir bumi yang menyelimuti bumi berperan sangat penting bagi kehidupan dibumi. Fungsi atmosfir bumi adalah untuk menghancurkan sejumlah meteor atau benda luar angkasa yang seberapa besar atau kecilnya ketika benda itu mendekati bumi, dan mencegah benda tersebut jatuh ke permukaan bumi secara utuh atau mencegah benda angkasa itu sampai kepermukaan bumi yang dapat membahayakan makhluk di bumi.
Selain itu atmosfir juga berguna untuk menyaring sebuah sinar-sinar dari luar angkasa yang membahayakan kehidupan di bumi. Memantulkan sinar-sinar yang berbaya bagi kehidupan di bumi dan membiarkan sinar-sinar yang tidak berbahaya dan berguna untuk kehidupan dibumi masuk.
Selain adanya atmosfir bumi yang berguna untuk kelangsungan makhluk hidup dibumi, ada juga yang disebut Sabuk Van Allen, yaitu suatu lapisan yang tercipta akibat keberadan medan magnet bumi, berperan untuk perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet bumi kita ini. Bila mana Sabuk Van Allen ini tidak ada, tidak akan ada namanya kehidupan di muka bumi. Hal itu dikarenakan tanpa adanya Sabuk Van Allen, sebuah semburan energi raksasa yang disebut jilatan api dari matahari yang terjadi bekali-kali, akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part14
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Langit yang Mengembalikan
Demi langit yang mengandung hujan.” (At Tariq:11)
Kata yang ditafsirkan sebagai “mengandung hujan” dalam terjemahan Al Qur’an ini juga bermakna “mengirim kembali” atau “mengembalikan”.
Sebagaimana diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi “pengembalian” dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.
Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.
Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.
Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.
Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke bumi.
Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Quran. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur’an adalah firman Allah.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part15
#studiislamgeografi
#krhbempgeo


Siklus Hidrologi
“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (Q.S. Ar-Rum: 48)
Pada Quran Surat. Ar-Rum ayat ke 48, Allah menjelaskan tentang hujan, bagaimana prosesnya hingga turun hujan. Dalam istilah ilmiah hal ini disebut dengan Siklus Hidrologi/ Siklus Air.
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui proses evaporasi, transpirasi, kondensasi dan presipitasi.
Awalnya ia berevaporasi (penguapan air) dari air laut/ tumbuhan (transpirasi), lalu membentuk awan, kemudian awan terbawa oleh angin ke daratan dan terjadi kondensasi (uap air menjadi titik-titik air), dan jatuh sebagai presipitasi (turunnya air dari atmosfer ke permukaan) dalam bentuk hujan, salju, hujan es, salju, dan kabut. Lalu masuk ke dalam tanah, selokan-selokan, mengalir ke sungai-sungai, dan kembali ke laut.
“…menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya….” (Q.S. Ar-Rum: 48)
Awan yang menghasilkan hujan disebut dengan awan stratus. Hujan akan turun jika terdapat empat lapisan awan berkumpul menjadi satu (seperti bergumpal-gumpal). Jika hanya tiga lapisan yang berkumpul, hujan tetap akan tetap terbentuk, tapi tidak akan jatuh ke bumi karena sudah menguap di udara. Sebab ketebalan butiran-butiran air hanya sedikit. Adapun ketika dua lapisan awan berkumpul, hujan takkan terbentuk.
Hujan merupakan anugerah yang diberikan Allah Subhanahu Wata’ala bagi makhluk di bumi. Tetesan air yang turun dari langit akan menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Dari hujan inilah terbentuk sumber-sumber air yang akan mengaliri sungai-sungai, mengisi sumur-sumur, dan memenuhi danau. Tanpa air hujan, siklus air di planet bumi ini tidak akan berjalan.
Al Quran pada abad ke 7 sudah menjelaskan tentang sains yang di abad moderen ini telah menjadi fakta ilmiah. Bagaimana bisa? Karena Al Quran bukanlah dikarang manusia, tapi bukti adanya Maha Mengetahui, Maha Kuasa atas yang ada di bumi dan langit-Nya.
Wallahu a’lam bishshawab.
#part16
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Awan Cumulonimbus Dalam Al Quran
Pada peristiwa terjadinya kecelakaan Pesawat Air Asia QZ8501, disinyalir bermula dari upaya pilot untuk menghindari awan jenis Cumulonimbus, yang menghalangi rute penerbangan. Cumulonimbus terdiri dari tetes-tetes air pada bagian bawah dan tetes-tetes salju (Kristal-kristal es) pada bagian atas.
Karakteristik dari Cumulonimbus, sangat mirip dengan gambaran awan, yang terdapat di dalam Al Quran, yakni QS. An-Nur ayat 43:
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatannya olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butitan) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hamper-hampir menghilangkan penglihatan.” (QS. An Nur: 43)
Awan Cumulonimbus adalah sebuah awan tebal vertikal yang menjulang sangat tinggi, padat, mirip gunung atau menara. Bagian pucuk awan ini berserabut, tampak berjalur-jalur dan hamper rata, melebar mirip bentuk landasan yang disebut anvil head (anvil top). Awan ini terlibat langsung dalam badai petir dan cuaca ekstrem lainnya.
Awan ini terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer. Awan-awan ini dapat terbentuk sendiri. Secara berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis squall. Awan ini menciptakan petir melalui jantung  awan. Awan ini dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar. Badai petir ini yang ditakuti para penerbang.
Cumulonimbus terdiri dari tetes-tetes air pada bagian bawah awan dan tetes-tetes salju atau Kristal-kristal es pada bagian atas awan. Terdapat  updraft dan downdraft sehingga memungkinkan terjadi sirkulasi. Gesekan partikel awan di dalamnya dapat menimbulkan muatan listrik.
Wajar saja awan Cumulonimbus ditakuti penerbang. Sebab awan ini yang paling sering membuat bencana. Karena awan ini merupakan satu-stunya awan yang dapat menghasilan muatan listrik tornado alias puting beliung. Tornado dapat terbentuk hanya melalui awan ini.
Fenomena alam yang kerap terjadi akibat alam Cumulonimbus antara lain timbulnya kilat (lightining) dan guntur (thunderstorm), hujan lebat, angin kencang, bahkan bisa menimbulkan hujan es.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part17
#studiislamgeografi
#krhbempgeo




Awan Bergumpal-Gumpal
“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (Q.S. Ar-Rum [30]:48)
Para Ilmuwan mengatakan, awan stratus tidak dapat menghasilkan kilat, guntur, dan butiran-butiran es, tetapi hanya menurunkan hujan saja. Namun, turunnya hujan melalui awan stratus tidak terjadi di setiap kondisi, hanya di kondisi tertentu saja.
Hujan tidak akan turun kecuali empat lapisan awan berkumpul menjadi satu. Jika hanya tiga lapisan yang berkumpul, hujan tetap akan tetap terbentuk, tapi tidak akan jatuh ke bumi karena sudah menguap di udara. Sebab ketebalan butiran-butiran air hanya sedikit.
Adapun ketika dua lapisan awan berkumpul, hujan takkan terbentuk. Pada titik inilah ungkapan 'kisafan' (bergumpal-gumpal/berkelompok-kelompok) yang dikatakan oleh ayat di atas menemukan kebenarannya. Maha benar Allah dalam segala firman-Nya.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part18
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Air Hujan, Air Yang Membersihkan
Air hujan dari prosesnya hingga turun dari langit sampai ke permukaan terjadi banyak proses. Tahukah bila proses itu yang membuat air hujan menjadi amat bersih?
Air hujan merupakan hasil dari air suling. Air suling (distilled water/dH2O) adalah air yang telah mengalami proses pemurnian dari senyawa pengotor seperti logam berat dan lain-lain. (Seperti yang telah kita bahas sebelumnya tentang proses terjadinya hujan) Air yang dipanaskan hingga ke tahap didih lalu menjadi uap (evaporasi), kemudian dikondensasi (uap air menjadi titik-titik air) membentuk butiran air. Dengan kadar-kadar kejernihan tinggi/sangat jernih, kemudian diturunkan dalam bentuk hujan.
Air hujan mampu menjadi pembersih (udara, kulit), menyerap kotoran yang ada. Jadi, sebenarnya ketika orang tua melarang main hujan-hujanan karena takut sakit itu yang berbahaya bukan air hujannya. Air hujannya bersih, namun di sekitarnya banyak mengandung polutan dan air hujan ini berfungsi untuk membersihkan udara. Pembasmi kotoran terbaik. Yang mampu mensterilkan, membersihkan bumi yang tercemar. Sehingga ketika air hujan yang bercampur dengan polutan ini mengenai badan dapat menyebabkan sakit.
Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.”(QS  Al Furqan [25] : 48)
Wallahu a’lam bishshowab
#part19
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Air Hujan Terasa Tawar, Bukan Asin 


Air hujan berasal dari 97% penguapan air laut yang asin. Lalu, mengapa ketika turun ke bumi dalam bentuk air hujan menjadi tawar?
Air hujan bersifat tawar karena adanya evaporasi, kondensasi, hingga presipitasi yang telah ditetapkan Allah. Dari manapun asal penguapan air (evaporasi), baik dari laut yang asin, dari danau yang mengandung mineral, atau dari dalam lumpur, air yang menguap tidak pernah mengandung bahan lain. air hujan akan jatuh ke tanah dalam keadaan murni dan bersih.
Air sungai membawa bermacam-macam mineral ke laut, salah satunya adalah sodium klorida (garam). Ketika air laut menguap, hanya airnya (H2O) saja yang menguap sedang garam tetap tertinggal. Melalui proses siklus yang berulang selama jutaan tahun, maka air laut menjadi asin seperti sekarang. Di seluruh pelosok dunia, sungai mengirim sekitar 40 milyar ton garam ke laut setiap tahunnya.
Kata ujajan dalam ayat tersebut berarti asin atau pahit yang tidak bisa diminum. Air hujan secara alamiah terasa tawar dan merupakan air yang paling bersih. Seandainya Allah menghendaki untuk menjadikan air hujan terasa asin atau pahit, tentu Dia sudah melakukannya. Jika bukan karena rahmat dan anugerah Allah, tentu air hujan akan berubah menjadi asin sehingga tidak bisa dimanfaatkan oleh manusia, hewan, dan binatang.
“Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkan dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin atau pahit, lalu mengapa kamu tidak bersyukur?” (QS. Al Waqiah: 68-70).
Wallahu a’lam bishshawab.
 #part20
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Dua Laut Yang Tidak Bercampur 
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman:19-20)
Fenomena alam di selat Gibraltar tepatnya antara Maroko dan Spanyol merupakan tempat pertemuan atara dua lautan yakni laut atlantik dan laut tengah ini tak pernah menyatu. Perbedaan itu sangat jelas kelihatan dari perbedaan warna air laut. Ada garis batas yang memisahkan keduanya. Air laut dari lautan atlantik berwarna biru lebih terang. Air laut dari laut Mediteranian berwarna biru lebih gelap, lebih pekat.
Air laut dari Lautan Atlantik memasuki Laut Mediterania atau laut Tengah melalui Selat Gibraltar. Keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda. Suhu air berbeda. Kadar garam nya berbeda. Kerapatan air (density) airpun berbeda.
Waktu kedua air itu bertemu di Selat Gibraltar, karakter air dari masing-masing laut tidak berubah. Terlihat dengan jelas mana air yang berasal dari Lautan Atlantik, dan mana air yang berasal dari laut tengah atau laut Mediterania.
Air laut di Gibraltar Sifat lautan ketika bertemu, menurut modern science tidak bisa bercampur satu sama lain. Hal ini telah dijelaskan oleh para ahli kelautan. Dikarenakan adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah kedua air dari lautan tidak becampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.
Air laut Mediteranian, yang berwarna biru tua, menyusup sampai kedalaman 1000 m dari permukaan laut, di lautan Atlantik, dan terus masuk sejauh ratusan km di lautan Atlantik dan tetap tidak berubah karakteristiknya.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part21
#studiislamgeografi
#krhbempgeo


Api yang Tak Padam Meskipun Berada di Dalam Laut 
Api jika kita siram dengan air pasti akan mati. Tapi, mengapa api di dalam laut yang sejatinya terdapat di air yang amat sangat banyak, tidak bisa memadamkan api tersebut? Allah Subhanallahu wata‘ala berfirman yang artinya “Demi lautan yang di dalamnya ada api” (QS. Ath-Thur [52] ayat 6).
Ayat Al Quran ini menjelaskan struktur bumi itu sendiri. Ini terbukti dengan teori pemisahan lantai laut (seafloor spreading) yang menyebabkan magma di bawah kerak bumi keluar dengan tekanan yang kuat ke permukaan di bawah laut.
Pada pertengahan tahun 1990-an, dua ahli geologi berkebangsaan Rusia, Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov bersama rekannya ilmuwan Amerika Serikat, Rona Clint pernah meneliti tentang kerak bumi dan patahannya di dasar laut.
Para ilmuwan tersebut, menyelam ke dasar laut sedalam 1.750 kilometer di lepas pantai Miami. Sbagovich bersama kedua rekannya menggunakan kapal selam canggih yang kemudian beristirahat di batu karang dasar laut.
Di dasar laut itulah mereka dikejutkan dengan fenomena aliran air yang sangat panas mengalir ke arah retakan batu. Kemudian aliran air itu disertai dengan semburan lava cair panas menyembur layaknya api di daratan dan disertai debu vulkanik layaknya asap kebakaran di daratan. Tidak tanggung-tanggung panasnya suhu api vulkanis di dalam air tersebut ternyata mencapai 231 derajat Celcius.
Mereka menemukan fakta bahwa fenomena alam itu terjadi akibat aliran lava vulkanis yang terjadi di dasar laut, layaknya gunung api bila di daratan. Dan kemudian mereka menemukan lebih banyak lagi gunung aktif di bawah laut yang tersebar di seluruh lautan. Sesungguhnya, Al-Qur’an telah menyebutkan fakta itu sejak 1.400 tahun yang lalu. Al Quran menjelaskan api di dalam lautan dengan istilah “masjur”.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part22
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Kegelapan dan Gelombang di dalam Lautan 
"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (Q.S. An Nur: 40)
Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dijumpai pada kedalaman 200 meter atau lebih hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali.
Al Quran menjelaskan tentang lautan yang dalam dan ombak di atas ombak, seperti apakah itu?
Di kedalaman laut ada ombak disebut dengan gelombang internal. Gelombang internal disebabkan karena air di kedalaman memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada air di atasnya. Jadi tepat seperti penjelasan Al-Qur'an yaitu "ombak di atas ombak."
Gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di atasnya. Gelombang internal memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu.
Al Quran juga menjelaskan tentang orang-orang yang kehilangan cahaya (cek ayat lagi) sehingga mereka tidak dapat melihat. Sinar cahaya terdiri dari tujuh warna: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Ketika cahaya menembus kedalaman air, maka ini dikenal dengan istilah "refraksi." Misalnya, di kedalaman 10-15 meter, air menyerap warna merah, dan saat anda menyelam lebih dalam lagi, setiap spektrum warna diserap oleh air, sehingga pada kedalaman sekitar 1.000 meter maka keadaan sudah gelap total.
"Apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya." Kegelapan ini berada di bawah gelombang internal dalam laut. Bahkan ada ikan tertentu di kedalaman tersebut yang dapat menghasilkan cahaya sendiri sehingga ikan-ikan itu bisa melihat.
Orang bisa menjelajahi kedalaman laut di bawah 1.000 meter. Hanya dengan mesin modern yang sangat canggih, kapal selam, dan pakaian menyelam, maka seseorang dapat turun ke kedalaman itu.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part23
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Pegunungan Ibarat Pasak (Pancang) 
Dalam geologi, fenomena “lipatan” adalah sebuah fakta ilmiah yang telah ditemukan. Lipatan yang terjadi mengakibatkan terbentuk pegunungan. Kerak bumi yang kita tempati sekarang ini seperti sebuah kulit yang padat. Sedangkan di bagian dalamnya berupa cairan dan panas sehingga tidak mungkin ada kehidupan di sana.
Diketahui juga bahwa stabilitas pegunungan terkait dengan fenomena lipatan. Karena itu, lipatan menyediakan fondasi untuk relief-relief komponen pembentuk pegunungan. Ahli geologi mengatakan bahwa jari-jari bumi sekitar 3.750 mil dan kerak tempat kita berpijak sangatlah tipis hanya berskisar 1-30 mil.
Karena tipisnya kerak tempat kita berpijak, maka kemungkinan untuk bergetar sangat tinggi. Di sinilah pegunungan berperan sebagai pancang atau pasak bagi kerak bumi. Gunung memberikan stabilitas bagi daratan, tempat kita hidup.
Al Quran dengan sempurna mendeksripsikan fenomena ini dalam ayatnya, “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba’: 6-7)
Kata ‘awtaa’ berarti pancang atau pasak (seperti yang biasa digunakan dalam mendirikan tenda), mereka adalah bagian dalam dari sebuah lipatan. Dalam buku “Earth” (buku referensi dari disiplin ilmu geologi pada banyak universitas di seluruh dunia), penulis (Frank Press, presiden Akademik Sains di AS) menggambarkan gunung berbentuk pasak, permukaan gunung yang sering kita lihat hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan gunung itu sendiri. Di bagian bawah permukaan tanah, gunung tampak seperti akar yang menghujam sangat kuat. Dr. Press mengatakan bahwa pegunungan memainkan peranan yang penting dalam menstabilkan kerak bumi.
Al Quran telah menggambarkan fakta ilmiah ini sesuai dengan ilmu geologi modern secara sempurna, “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di sana itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al Anbiya’: 31)
Permukaan bumi terpecah-pecah menjadi banyak lempeng yang memiliki ketebalan sekitar 100 km. Lempengan ini mengambang di sebagian wilayah yang mencair (disebut asthenosphere). Formasi gunung terbentuk pada lempengan tersebut. Kerak bumi tebalnya 5 km di bawah lautan, tebalnya sekitar 35 km di bawah permukaan kerak kontinental dan hampir mencapai 80 km di bawah pegunungan besar.
Ini adalah fondasi yang kuat bagi pegunungan. Al Quran pun berbicara tentang fondasi pegunungan yang kuat dalam ayat berikut, ”Dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh.” (QS. An Nazi’at: 32).
Wallahu a’lam bishshowab.
#part24
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Gunung Pelangi di Cina 
Al Quran telah menginformasikan fenomena alam tersebut 14 abad yang lalu. Apakah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pernah ke Cina? Tidak pernah sama sekali. Tidak lain tiada bukan, informasi tersebut bersumber dari wahyu Allah semata.
Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya da nada (pula) yang hitam pekat.” (QS. Al-Fathir: 27)
Gunung ini tampak seperti hamparan bendera berwarna-warni, bukan? Gunung pelangi seluas 300 km2 ini merupakan bagian dari Zhangye Danxia Landform Geological Park yang terletak di provinsi Gansu, China. Bukit dan lembahnya terdiri dari lapisan warna merah, biru, hijau, zamrud, coklat, dan kuning. Walaupun begitu, di sana tidak ditemui tumbuhan atau hewan apapun karena kondisi tanahnya yang tandus.
Fenomena alam yang menakjubkan ini merupakan contoh geomorfologi petrografi yang terbentuk karena kondisi lingkungan. Menurut Telegraph, warna-warni menakjubkan perbukitan tersebut berasal dari batuan pasir merah dan mineral yang terbentuk sejak periode kapur, tepatnya 24 juta tahun lalu. Formasi batuan tersebut kemudian mengalami pergeseran lempeng tektonik yang juga membentuk pegunungan Himalaya. Hujan dan angina yang menerpa daerah itu selama jutaan tahun juga ikut andil dalam membentuk ceruk, lembah, dan pola warna Zhangye Darxia. Konon gunung ini akan menampilak pola warna yang berbeda-beda.
Selain gunungnya yang berwarna-warni, Zhanye Danxia juga memiliki gua-gua yang tersembunyi di balik perbukitan. Karena keunikan kondisi alamnya tersebut, World Heritage Committee UNESCO memasukan gunung ini dalam Situs Warisan Dunia pada tahun 2010.
Sekarang Zhangye Danxia menjadi salah satu obyek wisata paling dicari di China, menghasilkan pendapatan yang cukup tinggi bagi penduduk Zhangye Danxia.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part25
#studiislamgeografi
#krhbempgeo


Bumi yang Mempunyai Retakan 
Demi bumi yang mempunyai retakan.” (QS. Thariq: 12)
Di lingkungan tatasurya kita, Bumi merupakan planet bertanah (terrestrial planet) yang paling besar. Tersusun dari gas-gas Hidrogen dan Helium. Sebagai “dunia non-gas” yang terbesar, Bumi memiliki suhu internal paling tinggi dibandingkan dengan planet-planet lain, sehingga Bumi mempunyai kulit yang paling tipis dengan kedalaman cuma sekitar 50 km.
Menurut para pakar geologi, bumi pada masa purbakala hanya terdiri atas satu segmen saja. Jutaan tahun kemudian dan akibat dari tekanan dahsyat di perut bumi, kulit bumi menjadi retak. Hal itu terus berlangsung sampai sekarang hingga terbentuk benua-benua dan samudra-samudra yang kita kenal saat ini.
Anehnya, semua lempeng tersebut saling menyambung satu sama lain seolah seperti satu lempeng utuh dan yang diserupakan oleh lama seperti guratan pada bola tenis. Al-Quran mengatakan, Dan demi bumi yang mempunyai retakan. Lempeng ini menjadi salah satu faktor penting mengapa bumi bisa didiami dan dijadikan tempat kehidupan. Ia bukanlah retakan biasa, melainkan dihasilkan oleh gerakan pada bagian lapisan terluar bumi.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part26
#studiislamgeografi
#krhbempgeo



Semakin Tinggi, Semakin Rendah Tekanan Udara
Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesak. Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al An’am: 125)
Ilmu pengetahuan menunjukan bahwa semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut semakin rendah tekanan udara dan semakin tipis kadar oksigennya. Keadaan udara ini mendorong peningkatan takanan darah dan menjadikan orang sulit bernafas.
1400 tahun yang lalu saat diturunkannya ayat ini belum ada seorangpun yang mampu mempelajari tentang tekanan udara, bahkan tak seorang ilmuwan pun mampu menjelajahi angkasa, pesawat terbang pertama kali baru ditemukan oleh Wright Bersaudara pada akhir abad ke-18. Maha benar Allah Ta'ala dalam segala firman-Nya.
Wallahu a’lam bishshowab.
#part27
#studiislamgeografi
#krhbempgeo


Sumber:
Mukjizat Al Quran dan As Sunnah -Dr. Zakir Naik
Sains dalam Al Quran -Dr. Nadiah Thayyarah
Internet


Tauge | Tausiyah Geografi
Departemen Kerohanian BEMP Geografi































Jakarta, 7 Februari 2017



Penulis :
Departemen Kerohanian


Editor :
Layla Nurul Rachmayani 

Humas BEMP Geografi UNJ


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Press Release Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru Pendidikan Geografi

OPEN HOUSE BEMP GEOGRAFI 2017-2018

OPEN HOUSE BEMJ GEOGRAFI UNJ PERIODE 2015-2016